Optimasi Budget Marketing dengan Marketing Mix Modeling
Saat anggaran marketing makin kompetitif, Marketing Mix Modeling (MMM) membantu alokasi spend tepat sasaran lewat analisis data historis—bukan sekadar feeling.
Apa Itu Marketing Mix Modeling?
MMM adalah teknik statistik (regresi) yang memisahkan kontribusi channel marketing (TV, digital, OOH, promo) terhadap revenue atau sales volume.
Kenapa Butuh MMM?
- Alokasi Efisien: Tahu channel mana yang paling ROI-nya tinggi.
- Forecasting: Prediksi sales berdasarkan scenario perubahan budget.
- Justify Spend: Bukti data-driven untuk CFO dan CMO.
Langkah-Langkah MMM
1. Kumpulkan Data Historis
- Sales Data: Harian/mingguan per produk atau kategori.
- Marketing Spend: Investasi per channel—Google Ads, Facebook Ads, TVC, event.
- Control Variables: Faktor eksternal seperti seasonality, harga kompetitor, ekonomi makro.
2. Bangun Model Regresi
Gunakan software analytics seperti R atau Python (statsmodels) memetakan hubungan spend vs sales.
3. Analisis ROI Channel
Hitung incremental ROI: berapa tambahan revenue tiap Rp1 iklan di kanal tertentu.
Contoh Output
Channel | Spend (Rp) | Incremental Revenue (Rp) | ROI |
---|---|---|---|
Google Search | 100 juta | 300 juta | 3.0x |
TVC | 200 juta | 250 juta | 1.25x |
Social Ads | 150 juta | 225 juta | 1.5x |
4. Simulasi Alokasi Optimal
Jalankan what-if analysis, misal “Kalau budget TV dipangkas 20% dan di-shift ke Google Search, bagaimana impact sales?”
5. Implementasi & Review
- Terapkan rekomendasi model di kuartal berikutnya.
- Pantau performa real-time lewat dashboard BI seperti Power BI.
- Refinement periodik untuk adaptasi tren baru.
Best Practices
- Data Granular: Mingguan atau harian, jangan bulanan.
- Cross-Functional Buy-In: Libatkan team finance, sales, dan agency iklan.
- Continuous Learning: Model belajar dari data terbaru agar akurasi makin valid.
Dengan Tips Optimasi Budget Marketing MMM, anggaran tidak lagi dibagi rata, tapi difokuskan ke channel paling efektif, memaksimalkan return on marketing investment.